Senin, 27 April 2009

Pohon Cemara. Selalu dipajang di setiap ruang publik saat merayakan hari penting bagi sebuah komunitas. Tak terbayang telah berapa banyak pohon cemara yang tertebang setiap tahunnya. Hingga saat ini telah banyak yang menggantikannya dengan sebatang pohon plastik.

Seorang kawan pernah pula selalu membeli pohon cemara sebagai sebuah ritual tahunan. Setelah usai perayaan, pohon cemara tersebut ditanamkan di depan rumahnya. Kian tahun, kian bertambah pula pohon cemara yang tertanam. Tanpa niatan untuk membuat kebun, hari ini rumahnya telah menjadi sebuah kebun kecil cemara.

Tanaman lain yang juga selalu menjadi kebutuhan dalam ritual tahunan adalah pinang. Dalam setiap arena perayaan kemerdekaan negeri ini, tanaman pinang selalu menjadi tanaman bernilai tinggi. Bahkan mungkin bisa jadi tanaman aneh, karena berdaunkan ember hingga lemari es. Keberadaannya kian tahun pun kian sedikit. Padahal enzim tanaman ini dapat dijadikan pestisida, buahnya menjadi penguat, dan kayunya memang termasuk kayu yang cukup kuat sebagai bahan bangunan.

Ritual tahunan. Sepertinya belum menyentuh keberadaan pepohonan dan tanaman yang menjadi kebutuhan setiap tahunnya. Sehingga tak ada kepentingan bagi yang membutuhkan pohon untuk mulai mempersiapkannya di tahun-tahun sebelumnya. Seandainya saja, kebutuhan akan pohon cemara dan tanaman pinang dicukupkan secara mandiri oleh masing-masing kelompok, tentunya tidak akan dibutuhkan pohon plastik. Dan bukan sulit untuk memulai, hanya yang sukar adalah apakah ada niat untuk memulai?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar